Sabtu, 13 Agustus 2011

Ponsel Tak Sebabkan Tumor Otak?


Menggunakan ponsel selama bertahun-tahun ternyata tidak akan menambah resiko orang terkena penyakit kanker otak jinak. Demikian hasil dari sebuah riset terakhir yang dilakukan oleh ilmuwan Denmark.
Riset yang melibatkan pengumpulan data dari 2,9 juta orang Denmark, itu menyimpullkan bahwa para pengguna ponsel selama 11 tahun atau lebih, tidak memiliki tumor jenis ini, atau disebut juga dengan nama vestibular schwannomas.
Hasil penemuan ini kontradiktif dengan banyak penelitian sebelumnya. Ilmuwan dari Denmark ini mengatakan bahwa mereka tidak menemukan hubungan jangka panjang antara ponsel dengan perkembangan tumor itu.
Vestibular schwannomas adalah penyakit tumor ringan yang secara teoritis timbul dari energi yang terserap oleh otak dari medan elektromagnet yang dihasilkan oleh ponsel. Pada riset sebelumnya, World Health Organization mengklasifikasikan ponsel sebagai penyebab potensial kanker (karsinogen).
Riset yang dilakukan oleh ilmuwan Denmark ini adalah salah satu yang terbesar untuk meneliti masalah ini. Penelitian ini hanya mendata berapa lama seseorang telah menjadi pengguna ponsel. Namun, tidak mendata seberapa sering orang tersebut menggunakan ponsel.
Menurut, David Savitz, seorang profesor dari Brown University yang duduk dalam panel penelitian WHO itu, penemuan terbaru ini menjadi salah satu pembuktian ketiadaan hubungan antara pemakaian ponsel dengan peningkatan resiko vestibular schwannomas. Namun, kata Savitz, penelitian di bidang ini masih perlu terus dilakukan.
Vestibular schwannomas tumbuh di sekitar sel otak dan melibatkan fungsi pendengaran dan keseimbangan seseorang. Tumor ini akan menyebabkan seseorang kehilangan pendengaran, pusing-pusing, serta kehilangan keseimbangan.
Bila tumor ini tumbuh semakin besar, tumor ini mungkin akan menekan daerah-daerah otak yang penting sehingga bisa juga mengancam jiwa pengidapnya.
Karena tumor jenis ini adalah tumor yang pertumbuhannya sangat lambat, jadi masih ada kemungkinan tumor ini diketahui setelah lebih dari 11 tahun. Oleh karenanya, para peserta penelitian musti terus dimonitor untuk mengetahui perkembangan vestibular schwannomas, dalam tubuh mereka


sumber : http://teknologi.vivanews.com/news/read/233801-ponsel-tak-sebabkan-tumor-otak-

Kelamin Janin Bisa Diketahui dalam 7 Pekan

Dari sebuah penelitian terbaru, ternyata sebuah tes darah sederhana dapat digunakan untuk mengetahui jenis kelamin bayi, hanya dalam tujuh pekan kehamilan.

Pada studi itu, peneliti memeriksa 57 penelitian DNA janin dari sekitar 6.500 ibu hamil. Hasilnya kemudian dipubikasikan dalam Journal of American Medical Association.

Dikutip dari New York Times, Jumat 12 Agustus 2011, dari tes analisis DNA janin dalam darah sang ibu, jika kromosom Y hadir, ia akan memiliki anak laki-laki. Jika tidak, berarti janin itu adalah perempuan.

Menurut peneliti, temuan ini bisa membantu orang tua yang khawatir tentang penyakit yang berkaitan dengan gender. Namun demikian, tes ini juga bisa disalahgunakan orang lain.

Peneliti menyebutkan, hasil tes ini bisa menjadi kabar baik bagi orang tua yang keturunannya berisiko penyakit langka, yang berkaitan dengan gender kelainan genetik, seperti kelainan otot Duchenne pada anak laki-laki atau sindrom Turner pada anak perempuan.

Mengetahui jenis kelamin janin sejak dini juga akan membantu orang tua menentukan apakah mereka perlu menjalani tes genetik yang mahal. Namun, ini juga menimbulkan peluang seputar aborsi selektif jenis kelamin yang tidak diinginkan.
Di China atau India, janin yang diketahui berkelamin perempuan kerap digugurkan karena mereka lebih memilih anak laki-laki.

Peneliti berharap, ke depan, institusi yang menggelar layanan tes darah seperti itu terlebih dahulu meminta orang tua untuk menandatangani surat pernyataan yang menyatakan bahwa mereka tidak akan menggunakannya untuk tujuan aborsi. (art)

sumber : http://teknologi.vivanews.com/news/read/240133-kelamin-janin-dapat-diketahui-dalam-7-pekan

Buffalo Hadirkan Hard Disk Anti Shock


Buffalo Technology, penyedia desain dan pembuatan solusi jaringan penyimpanan meluncurkan produk terbarunya, Buffalo Seri Ministation HD-PNTU3. Produk ini menggunakan teknologi USB 3.0 dan Turbo PC dan Turbo Copy.

Buffalo HD-PNTU3 menawarkan kinerja tinggi dalam bentuk yang ramping serta ringan dengan ukuran 3,5 inchi dan 175 gr. Dengan dukungan USB 3.0 yang juga sesuai cocok dengan USB 2.0, kecepatan transfer 3 kali lipat dari USB biasanya.

“Dengan USB 3.0, kecepatan transfer data 3 kali lebih cepa. Jika menggunakan USB biasa transfer datanya mencapai 30-40 menit, dengan USB 3.0, cukup dalam hitungan satu menit saja,” kata Hendry Oto, Product Specialist, PT. ECS Indo Jaya, di Jakarta.

Selain soal kecepatan transfer data, produk ini dilengkapi 3 elemen shock absorsing chasis, yakni up chasis, HDD, serta low chasis, yang membantu memproteksi hardisk pengguna dari goncangan dan benturan. Dalam sebuah kesempatan, didemonstrasikan bagaimana produk ini dibanting beberapa kali, namun setelah dihubungkan ke PC, tidak ada problem kehilangan data ataupun tidak terdeteksi.

Untuk melindungi data dari akses yang tidak diinginkan, produk ini dilengkapi dengan 256-bit AES Full Disk Encryption. Secara mudah, dalam menu Hardware Encryption tinggal diupdate, dan ditulis password yang diinginkan, data Anda dipastikan dapat aman dari tangan-tangan jahil. “Pengalaman kami, bila password lupa, di restore tetap tidak akan bisa, untuk itu jangan sampai lupa password,” tambah Henry.

Secara keseluruhan, Buffalo HD-PNTU3 dengan USB 3.0, Turbo PC, serta Turbo Copy, menawarkan kepada para peminatnya dengan 3 keunggulan yaitu Kecepatan, Anti shock, dan Hardware Encryption. “Tren harddisk ke depan itu ya seperti ini, hardware encryption dan anti shock,” kata Henry.

Untuk garansi, PT. ECS Indo Jaya selaku distributor memberikan layanan purna jual sampai 3 tahun. “Garansi 3 Tahun, full replacement, hardware-nya kita ganti,” kata Hendra. Anda tertarik? Siap-siap merogoh kocek sebesar Rp700 ribuan untuk mendapatkan harddisk berkapasitas 500GB.


sumber : http://teknologi.vivanews.com/news/read/240086-buffalo-hadirkan-hard-disk-anti-shock

Manusia Penghuni Kutub Punya Otak Lebih Besar


Penelitian terbaru menunjukkan orang yang hidup di daerah kutub mempunyai bola mata dan otak yang lebih besar. Peningkatan ukuran otak dan mata ini memungkinkan seseorang melihat lebih baik dari pada mereka yang tinggal di katulistiwa. "Seseorang yang tinggal di daerah kutub akan memiliki bola mata 20 persen lebih besar dari mereka yang tinggal di equator," kata Kepala Institute of Cognitive & Evolutionary Anthropology Universitas Oxford, Robin Dunbar seperti dilansir laman Discovery News. "Orang yang tinggal di garis lintang tinggi mempunyai aktivitas visual yang lebih tinggi dari pada yang tinggal di sekitar equator," tambah Dunbar. "Intinya, mereka memiliki penglihatan lebih baik untuk mengatasi tingkat pencahayaan yang kurang di daerah garis lintang tinggi." Untuk penelitian ini, Dunbar dan koleganya, Eiluned Pearce meneliti 55 individu dari 12 populasi berbeda. Penelitian ini difokuskan pada volume dan kapasitas tengkorak. Individu yang diteliti merupakan orang yang hidup pada 200 tahun lalu dan tengkoraknya menjadi koleksi Museum Universitas Oxford. Penelitian menemukan hubungan yang signifikan antara garis lintang dengan volume otak. Otak terendah dimiliki oleh jenis Micronesia yang banyak tinggal disekitar garis katulistiwa dengan berat otak 40,6 ons. Sedangkan otak yang lebih besar dimiliki jenis Scandinavia yang banyak tinggal di sekitar kutub dengan berat 50,2 ons. Tengkorak warga penghuni Kutub Utara tidak dimasukkan, tapi peneliti membuat perkiraan 20 persen lebih besar berdasarkan data yang mereka punya. Namun, para peneliti dengan cepat mengatakan volume otak ini tidak terkait dengan tingkat kecerdasan. "Intinya, yang kami maksudkan orang memiliki otak lebih besar pada orang yang tinggal di garis lintang tinggi, bukan berarti mereka lebih cerdas. Ini hanya berarti mereka memiliki peningkatan volume otak yang digunakan untuk penglihatan dan ini telah meningkatkan ukuran otak secara keseluruhan," kata Pearce. Bola mata yang lebih besar memungkinkan gambar yang jatuh ke daerah photoreceptor lebih kecil sehingga lebih jelas untuk membedakan. Jumlah pencahayaan di bumi semakin menurun seiring peningkatan garis lintang. Sehingga, orang-orang yang tinggal di daerah garis lintang tinggi perlu meningkatkan penglihatan. sumber : http://teknologi.vivanews.com/news/read/236157-manusia-penghuni-kutub-puya-otak-lebih-besar

Malang, 14 Agustus 2011

purnama merindu


di pojok suatu bangunan kampus
ku tulis sebuah ungkapan kerinduan
dan ku harap lantunan baitku
sampai di telinga hatimu

purnama...
kali ini kau ku lewatkan
dengan tanpa ada kisah tentangnya
bukan selamanya
namun sayatan rindu yang terasa perih
hingga lidah terasa sulit tuk mengungkap

purnamaku...
dalam penantianmu menuntut ilmu

tersenyumlah...
karena di sini aku masih slalu dan tetap akan menjaga sayang

janganlah kau relakan untai keikhlasanku tanpa hasil yang guna

ku mohon pelajarilah
semua hal yang ingin kau ketahui
karena hidup menuntut agar selalu siap

namun tenanglah...
saat kau lalui hari itu
aku pasti ada dalam hatimu
tuk slalu menyayangimu dan merindumu


"fathon"